Dari Ibadah Qurban, kita belajar kisah tauhid dan pengorbanan yang luar biasa dari 2 Nabi sekaligus yakni Nabi Ibrahim alaihi salam & Nabi Ismail alaihi salam.

Nabi Ismail adalah buah hati dari Nabi Ibrahim yang dinanti-nanti kehadirannya. karena diusia senja Nabi Ibrahim ia belum juga dikaruniai keturunan, hingga Nabi Ibrahim berdoa seperti yang tercantum dalam Surat As-Saffat ayat 100.

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh”

Dan Nabi Ibrahim bukanlah Nabi yang hanya Allah uji dengan ujian fisik seperti saat dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud, namun juga Nabi yang Allah uji Perasaannya.

Dari mulai menegakkan Tauhid kepada Ayahnya yg merupakan pembuatan patung berhala, sampai harus rela meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang tak berpenghuni serta tak ada kehidupan.

Namun siapa sangka sekarang padang pasir tersebut menjadi pusat peradaban yang dikunjungi oleh manusia dari berbagai penjuru dunia setelah dari kaki Nabi Ismail terpancar air yang terus mengalir hingga kini yang kita kenal dengan Sumur Zamzam.

Begitu juga dengan ibadah Qurban yang sejatinya merupakan Qurban Perasaan.

Perasaan hati seorang Ayah kepada anak yang dinantikan dan didambakan, juga pengorbanan hati dan jiwa seorang anak yang tatkala saat itu masih remaja, bernama Nabi Ismail untuk menaati perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

Berkat cinta sejati kepada Rabb yang Maha Abadi, maka Allah balas cinta dan pengorbanan keduanya dengan Kambing sembelihan yang besar.

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Saffat: 107)

Sungguh, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tidak tau bahwa nantinya Allah akan ganti Nabi Ismail dengan sembelihan yang besar. Namun keimanan dan kecintaan yang begitu besar dari keduanya dalam menaati perintah Allah yang membuat keduanya rela pengorbanan apapun bahkan hal yang paling disayanginya untuk Allah subhanahu wa ta’ala.

”Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At Taubah: 24)

Dari kisah ini kita belajar untuk mengutamakan rasa cinta kita kepada Allah dan RasulNya melebihi kecintaan kita pada apapun selain kedua hal tersebut, karena hanya rasa cinta pada Allah dan Rasul-Nya lah kecintaan akan berbalas dengan indah tanpa kecewa, dan setia cinta harus dibuktikan dengan pengorbanan.

Pengorbanan kita tidak sebesar para Nabi, juga tak sebesar saudara-saudara kita di Palestina yang terus berjuang mempertahankan hak-haknya dan Masjidil Aqsa.

Pengorbanan kita hanya berupa Kambing, sapi, unta, atau sembelihan semisal dalam momen hari raya Idul Adha ini, demi kebaikan kita untuk meraih ridho dan taqwa serta cintanya Allah subhanahu wa ta’ala.

Barakallahu fii kum.

𝘞𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩𝘶𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘪 𝘴𝘩𝘢𝘸𝘸𝘢𝘣

#𝘓𝘢𝘫𝘶𝘗𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪